Minggu, 10 Februari 2013

Paguyuban Wanita Pembangun Desa Impian




Kartini. Jika mendengar nama itu mungkin kita langsung mengingat tentang perjuangan seorang wanita yang memperjuangkan emansipasi wanita. Tapi ternyata perjuangan kaum wanita tidak hanya berhenti pada Kartini saja.  Masih ada kaum wanita yang berjuang demi membangun Desa impian mereka. Nurpiah seorang wanita dari sebuah Dusun yang terbelakang yang memiliki inisiatif untuk membentuk sebuah paguyuban yang menggerakkan para wanita untuk membuat Desa impian.
            Dasun,itulah nama sebuah Dusun yang terletak di punggung Gunung Wilis tepatnya Desa Joho Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Memang sulit untuk bisa mencapai Desa tersebut karena terletak di lereng gunung maka jalanan naik turun yang  tidak mulus harus ditempuh untuk sampai di Dusun itu. Latar belakang perekonomian warga Dasun cukup sulit. Mayoritas penduduk hanya bekerja sebagi petani di sawah  yang lahannya tidak begitu luas, ada juga yang sebagai peternak namun ternak yang dimiliki pun juga tidak banyak. Sedangkan  ibu-ibu di Dusun Dasun hanyalah sebagai ibu rumah tangga dan membantu para suami mereka bekerja di sawah. Dari semua mata pencaharian warga Dusun Dasun tersebut tentu belum bisa untuk menyejahterakan kehidupan mereka. Bukan hanya kesulitan dalam segi perekonomian saja,namun kurangnya pendidikan dan pengetahuan warga yang membuat Desa tersebut sulit untuk berkembang. Karena masyarakat Dasun hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar saja.
Melihat kondisi Desa yang memprihatinkan. Muncullah inisiatif Nurpiah untuk membentuk  sebuah paguyuban yang dapat membantu kesejahteraan kehidupan warga Dusun Dasun. Awalnya Nurpiah hanya membicarakan rencana pembentukan paguyuban itu dengan beberapa ibu-ibu. Setelah itu menyebar ke warga yang lain dari mulut ke mulut. Rencana itu pun mendapat beraneka ragam tanggapan dar para warga. Ada yang menanggapi positif yaitu setuju untuk bergabung dalam paguyuban itu. Namun ada pula yang menaggapi negatif,karena mereka ragu dengan kemampuan para ibu-ibu yang ingin mengelola paguyuban itu. Tapi hal itu tidak merubah semangat Nurpiah untuk tetap berupaya mendirikan paguyuban ini. Dimulai dengan 25 orang anggota, Nurpiah dan anggota yang lain mulai menggerakkan beberapa program yang mereka buat. Dan hingga saat ini anggota bertambah menjadi 40 orang.
Banyak sekali kegiatan yang diadakan oleh PAGUYUBAN PEREMPUAN SIDO RUKUN ini. Di antaranya mereka mendirikan TPA sebagai media untuk melestarikan tradisi agama. Mereka mengajarkan kepada anak-anak Dasun pendidikan agama islam dan tradisi islami dari Dusun mereka. Selain itu paguyuban yang kini diketui oleh Sulastri itu juga mengadakan koperasi simpan pinjam. Koperasi ini membarikan pinjaman dengan bunga yang sangat rendah. Yang pastinya koperasi tersebut sangat membantu perekonomian warga Dusun Dasun.  Bukan hanya itu saja untuk meningkatkan perekonomian warga, ibu-ibu paguyuban juga mengadakan UKM. UKM yang mereka dirikan adalah di bidang produksi kripik pisang, dikarenakan pisang  sangat mudah di dapatkan di Dasun. Dalam pembuatan kripik pisang ini anggota paguyuban dibagi menjadi dua kelompok. Setelah itu kripik pisang hasil produksi dijual ke kota. Dan hingga saat ini hasil dari penjualan kripik pisang itu sangat membantu keuangan rumah tangga ibu-ibu paguyuban. Tidak hanya itu saja, ada pula usaha ternak kambing dimana kambing-kambing yang dipelihara oleh ibu-ibu paguyuban itu nanti akan dikembang biakan dan hasilnya akan dibagi rata.
Saat ini hasil dari kerja keras ibu-ibu paguyuban mulai dirasa sangat membantu perekonomian dan kehidupan warga Dusun Dasun. Kehidupan perekonomian para warga yang bergabung dalam paguyuban itu mulai lebih baik. Namun dibalik semua itu usaha untuk membangun paguyuban SIDO RUKUN menjadi maju dan berhasil tidaklah mulus. Banyak hambatan-hambatan yang dihadapi. Diantaranya banyaknya warga yang kurang percaya dan ragu dengan kemampuan ibu-ibu dalam mengelola paguyuban tersebut. Selain itu para aparat Desa pun enggan dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada paguyuban itu,karena mereka meragukan kemampuan ibu-ibu yang hanya lulusan sekolah dasar. Mulanya hambatan-hambatan itu sempat membuat anggota paguyuban merasa patah semangat  dan tidak percaya diri untuk terus mengembagkan paguyuban tersebut. Namun setelah diberi  pengarahan dan pengertian tentang  tujuan diadakannya paguyuban ini adalah untuk merubah kehidupan Dasun agar lebih makmur dan menjadi Dusun impian, semangat mereka pun kembali berkobar. Dan hingga saat ini para wanita itu bisa membuktikan bahwa ditangan para wanita, Dusun Dasun bisa menjadi Dusun impian. Dusun yang aman,tentram dan sejahtera.

0 komentar:

Posting Komentar